Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Menabung Pohon dan Anggrek

anggrek di changi - dok fajr muchtar Betapa irinya saya ketika menjejakan kaki di Bandara Udara Changi. Rapi, indah, hijau dan cantik. Satu hal yang paling saya sukai adalah maskot yang mereka gunakan untuk mempercantik bandara itu adalah anggrek. Anggrek berbagai jenis mulai dari yang hibrid sampai yang spesies dipajang dengang sangat rapi. Tiap sudut dan tempat-tempat yang cukup luas dibuatkan taman anggrek yang elok. Betah dibuatnya. Hal yang berbeda ketika saya masuk ke Bandara Udara Soetta atau Bandara Husein Sastranegara. Tak akan  saya tulis secara detil karena semakin membuat kening ini  berkerut dan sakit hati . Ironis. Padahal Indonesia memiliki kekayaan anggrek yang sangat luar biasa. Terdapat 4000-5000 jenis anggrek sehingga Indonesia disebut sebagai Land of Orchids. Dengan kekayaan anggreknya, Indonesia sendiri baru padatahun 1993, melalui Keputusan Presiden No. 4 Tahun 1993 resmi menjadikan 3 bunga sebagai Bunga Nasional, salah satunya adalah Phalaenopsis amab

Wali Pohon dan Keberlangsungan Nabung Pohon

wali pohon - dok pribadi “Tapi ternyata saat ini perlu juga gerakan selamatkan pohon. Minggu kemarin saja di komplek saya ada 5 pohon besar 10-15 tahun yg akan ditebang dg alasan untuk perluasan rumah, akarnya merusak jalan dll. Sedih rasanya sudah ditanam akhirnya harus ditebang. kawatir percepatan penebangan pohon lebih tinggi dan penambahan pohon” keluh seorang pegiat lingkungan menyikapi kondisi yang ada di sekitarnya. Seperti itulah adanya, memelihara pohon yang sudah ditanam lebih sulit daripada menanamnya. Saya sendiri mengalami hal seperti itu. dalam satu gerakan Eco Pesantren, saya dengan santri-santri  Pesantren Babussalam  menanam 3000 pohon di kecamatan Cimenyan. Sebulan setelah penanaman, diadakan pendataaan tanaman yang masih ada. Ternyata sebagian besar sudah hilang entah kemana. Gerakan Nabung Pohon adalah gerakan yang sangat bagus, namun tidak akan berhasil jika setelah menanam ditinggalkan begitu saja tanpa ada yang menjaga atau memeliharanya.

Prasasti Curug Dago: Apa Yang Kau Cari Rama?

Add caption Apa sebetulnya yang dicari oleh dua raja dari Thailand di Curug Dago? Tak ada yang bisa memastikan. Yang jelas ada dua prasasti yang menandai kedatangan mereka ke curug itu.  Prasasti pertama tertulis sebagai berikut, “Raja Rama berkunjung ke Bandung saat berumur 34 tahun, sebagai peringatan ibu kota Kerajaan Thai Ratanakosin”. Raja Thailand itu diperkirakan datang ke Curug Dago pada tahun 1902. Prasasti itu juga dihiasi dengan tapak kaki, tangan dan bintang segilima. Prasasti kedua menandai kedatangan cucu Raja Rama 27 tahun kemudian. Prasastinya tertulis, “Prajatipok Paramintara. Tahun Budha 2472 (tahun 1929). Pada tahun 1991. Kerajaan Thailand meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk memberikan pengamanan dan melestarikan prasasti tersebut. Lalu dibuatkanlah semacam saung yang melindungi dua prasasti itu. Saya tak bisa membayangkan kalau itu tidak dilindungi saung-saungan. Tahu kan, bagaimana sadisnya budaya vandalisme pengunjung kita. Curug Dago, masih te

Tanami lahan tidur dengan jengkol

Negeri ini memang panggung sandiwara kehidupan yang riuh. Belumlah reda masalah Centuri, muncul dugaan korupsi Hambalang yang diduga melibatkan petinggi Partai Demokrat. Bola panas liar terus menggelinding menghantam PKS. Belum beres juga sudah muncul lagi pemboman di Poso. itu baru sebagian isu panas yang saya ingat. Di panggung ini, tiba-tiba saja ada berita harga jengkol (Archidendron pauciflorum) melambung tinggi, melampaui harga daging (Kompas 04/06/2013). Kalau dulu harga jengkol melambung tinggi mungkin Bang Iwan Fals akan mengganti syair lagunya menjadi Tangisan pertamamu ditandai bbm membumbung tinggi (melambung) Maafkan kedua orangtuamu k alau tak mampu beli JENGKOL…  aih ironis banget. memangnya anak akan diberi jengkol? Menurut Wamen  Bayu Krisnamurthi sebagaimana dikutip dari TEMPO, lonjakan harga jengkol itu akibat turunnya pasokan Pohon jengkol, katanya, bisa tumbuh setinggi 10-25 meter. Tanaman itu bisa berbuah sepanjang tahun, tapi panen rayanya terjadi s

Menanam Jombang

(http://khasiat-obatherbal.blogspot.com) Ketika saya membaca bahwa jombang ( Taraxacum officinale),  sama dengan tempuyung ( Sonchus arvensi) , niat saya menanamnya hilang sama sekali. Pasalnya tempuyung kan banyak didapat di depan rumah saya. Jadi tak perlu menanamnya. Namun, setelah mendapat koreksi dari grup herba, niat saya menanam jombang langsung dieksekusi. Saya mendapat biji jombang, saat mengikuti pelatihan dasar hidroponik. Saat melihat ada tumbuhan dengan nama jombang, langsung tertarik dan ingin menanamnya. kebetulan saat itu sedang berbunga dan sepertinya bunganya sudah siap untuk beterbangan. Setelah mekar dengan warna kuning, bunga jombang akan mengeluarkan bijinya yang memiliki parasut. dengan parasutnya itu lah jombang berkembang biak dengan mudah. Nama asingnya mungkin lebih enak didengar. Tumbuhan asli eropa ini disebut juga bunga dandelion Nah sekarang tinggal menunggu pertumbuhan Jombang atau si bunga dandelion ini. apakah akan tumbuh dan berapa

Jombang dan Tempuyung, (hampir) Serupa tapi Tak Sama

Tulisan saya berjudul Jombang Ternyata bisa dimakan , yang dishare di Grup herba facebook mendapat tanggapan berharga. Dari tanggapan seorang facebooker -dengan nama yang unik, Senopati Visionaris Revolusi Energi  saya mengetahui bahwa jombang dan tempuyung adalah tumbuhan yang berbeda namun mirip. Dari sisi nama jombang memiliki nama latin Taraxacum officinale, sedang tempuyung punya nama latin Sonchus arvensi. Saya juga sempat dibuat bingung oleh penyebutan dua nama berbeda itu untuk satu tumbuhan. Dan.... setelah dijelaskan mas Seno saya mengerti bahwa jombang dan tempuyung itu (hampir) serupa tapi tak sama. Menurut apa yang bisa saya tangkap dari masukan di grup, perbedaan mencolok jombang dan tempuyung (selain namanya beda) adalah dari bentuk fisik. 1. Daun. a. Jombang dan tempuyung mempunyai daun yang hampir mirip. Pinggiran daunnya bergerigi. Yang beda adalah, kalau jombang permukaan daunnya halus dan mengkilat sementara tempuyung, cenderung agak kasar dan

Jombang ternyata bisa dimakan

Saya baru tahu kalau jombang itu adalah nama sebuah tumbuhan. Ketika berkunjung ke Jendela Alam, saya lihat sebuah pot bertuliskan JOMBANG. Ternyata -lagi- tumbuhan ini banyak tumbuh di sekeliling rumah. Di selokan, tembok yang lembab. Luasnya penyebaran tumbuhan ini mungkin disebabkan karena dia memiliki bunga seperti dandelion, sehingga bisa terbang ke mana saya sesuai aliran angin. Tumbuhan dengan nama latin  Taraxacum officinale dengan nama lainnya adalah taraksakum (Jawa). NAMA ASING Pu gong ying (C), dandelion (I). NAMA SIMPLISIA Taraxaci Herba (herba jombang). Dari segi fisik memang ada kemiripan dengan tempuyung ( onchus arvensis )  namun hanya mirip tapi tak sama. Menurut situs Sentra Iptek manfaat jombang ini banyak sekali lho. Jombang rasanya manis, sedikit pahit, sifatnya dingin. Herba ini masuk meridian hati (liver) dan lambung, serta berkhasiat tonik pada liver dan darah. Selain itu, juga berkhasiat antibiotik, antiradang; menghilangkan bengkak, menghancurkan su